Posts

Showing posts from 2011

5 bulan

Image
Saya mulai sependapat dengan Dee Lestari yang mengatakan bahwa saat kita mengandung janin, sebenarnya kitalah yang sedang dikandung dalam rahim yang sangat besar. Rahim yang mengajarkan kita berbagai hal untuk mempersiapkan diri menjadi ibu dan pribadi yang lebih baik. 5 bulan sudah saya merasakan banyak perubahan. Tak hanya fisik, tetapi juga perilaku dan pemikiran. Dan semoga saja, setelah melahirkan pun, saya tetap diberikan keindahan dan kedamaian hati seperti yang saya rasakan sekarang. Suami, jelas berperan penting dalam banyak hal selama kehamilan. Dia yang mengajarkan banyak perbuatan sabar selain rutin memijat saya tiap malam, mengelus perut dan membantu pekerjaan rumah. Calon anak saya, mengajarkan saya untuk tidak lagi mengedepankan emosi dalam menyikapi berbagai hal. Saya tidak ingin mengajarinya kejelekan di usia yang masih sangat dini. Perlahan, saya mulai bisa mengerem emosi, bersikap lebih sabar dan mengedepankan kepentingan bayi dulu daripada saya. Dia yang mengu

hujan

ada baiknya kamu menoleh sejenak. Ke jendela. Tempat kita melihat sesuatu tanpa perlu menyentuh atau direntet pertanyaan orang luar. Tempat terbaik untukku dan untukmu. Yang selalu hanya perlu diam sejenak untuk memahami sesuatu. Namun entah apa. Akhir-akhir ini kamu lupa akan kesenangan kita. Lihatlah. Hujan di luar sekarang. Bergegaslah menuju jendelamu. Sedari tadi aku sudah duduk baik-baik menatap jendelaku. Lihat… hujan turun. Dan orang-orang masih saja sibuk untuk bergerak. Sebagian menepi. Sebagian berlari kecil menutupi kepala. Sebagian ngebut dengan motor-motor bisingnya. Ada pula yang tenang-tenang saja dibawah guyuran hujan. Mana yang kamu pilih? Kamu tak perlu memilih apa-apa. Berjalan saja. Karena bukankah payung kecil ini cukup untuk kita pakai berdua. Pun aku sudah menyulam jas hujan terbaik untukmu. Tak perlu takut. Tak perlu bimbang. Hujan hanya sebagian dari karunia Yang Kuasa, bukan sesuatu yang pantas untuk diserapah. “Just don’t ever leave me again” katamu “Apakah

anggap saja ini undangan..

Saya pernah mendengar bahwa cinta yang tanpa didahului chemistry adalah sia-sia. Saya mempercayai hal itu sampai beberapa saat, untuk kemudian putus asa dengan pencarian itu. Sampai (pada akhirnya) saya ingin membuka diri pada pintu yang selalu terbuka dari awal untuk saya. Sedari dulu. Saya mengawalinya dengan putus asa. Dengan harapan yang tak terlalu muluk. Hanya ingin dicintai orang yang benar-benar hanya ada untuk saya dan berlaku jujur terutama pada hati. Itu saja. Harapan yang tak terlalu muluk (buat saya tentu saja) itupun akhirnya berkembang menjadi harapan-harapan baru seiring waktu berjalan. Kemudian saya tersadar pada kalimat awal tulisan ini. Sesungguhnya, chemistry yang menghadirkan cinta, atau cinta yang menghasilkan chemistry? Dari hubungan ini saya belajar, ini bukan tentang chemistry, tapi keyakinan untuk bertanggung jawab dan berkomitmen untuk cinta itu sendiri. Entah dimulai dengan atau tanpa chemistry, keyakinan cinta yang akan menuntun hati untuk bisa menerima keh