inspirasi supporter bola
Well, awalnya saya juga tidak menyangka kalau pekerjaan yang saya geluti sekarang secara tidak langsung akan berhubungan dengan arema… anda juga pasti heran, wong bidang pekerjaan saya ada di printing and packaging, jelas berbeda jauh dengan arema ataupun militansi aremania. Tapi nyatanya, kemaren, tepat di hari terakhir big boz saya menjabat, beliau menyempatkan diri untuk berbincang sebentar dengan saya, tentang perusahaan dan arema.
Ada apa?
Pagi hari kemaren saya memang menyerahkan sebuah syal bertuliskan arema – Indonesia warna hitam, sebagai kenang2an dari kami terhadap beliau yang akan kembali bertugas di kantor pusat jepang. Syal itu saya beli dari seorang penjual atribut arema di luar stadion gajayana saat Arema melakoni laga melawan Persid Jember, 24 januari 2009.

ki-ka :ayas, leader warehouse, big boz, calon pengganti big boz, kepala prod.
Dalam perbincangannya, pertama kali yang beliau tanyakan adalah, begitu cintakah anda pada Indonesia? Lebih khususnya pada Arema?
Jujur saya kaget dengan pertanyaan itu. Lalu saya balik bertanya, tahukah anda tentang arema? Beliau tertawa, lantas menjelaskan beberapa kali pernah melongok layar monitor saya yang memajang wallpaper arema ataupun aremania yang seringnya saya download dari ongisnade.net :D
Sejak itu, beliau selalu mencari tau tentang arema, aremania dan tiba2 merasa jatuh hati dengan militansi nawak2 aremania. Beliau juga terkagum-kagum dengan mudahnya mencari berita tentang arema, karena ada begitu banyak sumber online yang bisa beliau lihat. Semuanya membuktikan bahwa militansi aremania memang tak bisa diragukan lagi.
Yang membuat beliau heran, dan sempat ditanyakan pada saya adalah, prestasi arema yang sebenarnya menurut beliau tidak begitu bagus, bahkan cenderung tidak stabil, dilihat dari hasil2 pertandingan di berbagai ajang sepakbola nasional. Tapi nyatanya, dukungan aremania tak berkurang sedikitpun. Larangan tanpa atribut pun tidak menyurutkan semangat mensupport tim mereka, bahkan menjadi jauh lebih kreatif dengan menggunakan bendera indonesia, memakai kostum perjuangan (beliau melihat review berita arema vs PSM, 18 agt 2008)
Lalu, beliau membandingkan dengan sepakbola negara asalnya, jepang. Bukan rahasia jika jepang kini menjadi salah satu kekuatan persepakbolaan asia. Banyak pemainnya yang hijrah ke tim2 eropa dan inggris dan berprestasi cemerlang. Menurut beliau, sudah sepantasnya jika beliau bisa mengagumi timnas jepang jauh melebihi saya dan kawan2 lain saat mendukung timnas indonesia yang prestasinya ada dibawah jepang. Lalu beliau bertanya, unsur apa yang membuat kawan2 arema, juga kawan2 indonesia yang laen tetap loyal mendukung timnya, jika prestasi bukan menjadi rujukan?
Jujur, saya sebenarnya merasa bukan sebagai orang yang tepat untuk menjelaskan hal ini. Namun saya mencoba untuk menjawab dari sisi pandang saya sendiri. Bahwa rasa saling memiliki dan persaudaraan lah yang melandasi militansi kami. Bukan hal mudah untuk menyatukan sekian ribu orang dengan berbagai kepentingan, dan bola, sudah terbukti sebagai jurus yang ampuh untuk melakukannya. Kami memiliki sebuah klub lokal – arema- yang memiliki sejarah panjang hingga bisa mencapai hasil yang seperti ini. Arema lahir dari jerih payah masyarakat sendiri, dibesarkan dan dirawat oleh kami sendiri. Jatuh bangunnya, menang kalahnya, susah senangnya, kami jelas akan tetap merasakannya. Sama juga dengan timnas mungkin. Dibalik sederet pandangan negatif terhadap manajemen serta prestasi2 yang harusnya bisa lebih tinggi, kami menyadari, inilah yang kami punya. Inilah yang bisa kami usahakan. Lewat ini nama indonesia bisa dikenal dan akan menambah modal yang lebih baik dalam bersaing dengan negara2 lain. Jadi, inilah yang saya dukung. Inilah yang saya percayai, bahkan beberapa nawak menyebut arema sebagai religi mereka. Tentu bukan dalam hal rohis, tapi arema menjadi landasan mereka dalam melakukan sesuatu. Mau bentrok, mereka ingat, saya adalah aremania yang cinta damai. Mau kebut2an, mereka juga ingat menjadi bagian dari aremania yang menghargai kepentingan orang lain, mematuhi peraturan lalu lintas. Bahkan ada kegiatan dari kepolisian yang menjadikan aremania sebagai contoh bagi pengendara yang lain dalam kegiatan responsible riding, yang start dilakukan 2 februari 2009 nanti, saat arema menjamu persik kediri.
Tentu saja, sederet contoh yang saya kemukakan tidak mutlak dilakukan seluruh aremania. Pasti masih ada beberapa yang ’bandel’. namun beliau kemudian menimpali, bahwa aremania adalah supporter dewasa. Yang tidak menghakimi teman2 sendiri yang berbuat kekacauan, tapi saling mengingatkan, dan merangkul mereka bersama2 lagi mendukung tim kesayangan. Saya mengiyakan hal tersebut.
Boz kemudian menjelaskan, hal itulah yang coba beliau pelajari untuk diterapkan dalam perusahaan kami. Memang, selama kurang lebih 8 bulan menjabat, ada banyak perubahan, terutama masalah kesejahteraan dan keamanan karyawan dalam bekerja. Bukan hal mudah tentu saja, karena sebagai orang yang baru dibidangnya, ada banyak hambatan yang datang, dari luar maupun dari internal sendiri. Saya menyadari perjuangan beliau. Tapi yang membuat saya kaget adalah, beliau mengatakan mengadaptasi hal2 tersebut dari semangat aremania, juga dari semangat orang2 indonesia mendukung timnya. Rasa memiliki dan persaudaraan yang erat itu yang beliau coba tanamkan pada kami. hmmm... akhirnya, saya bisa merasakan sendiri inspirasi dari aremania terhadap bidang2 lain. Beliau berkata perjuangan itu jelas belum selesai dan ga bisa melihat hasilnya dalam 8 bulan saja. Beliau juga berpesan, agar semangat aremania dan fans bola nasional bisa terus terjaga, sehingga bisa menginspirasi lebih banyak bidang kehidupan...
rasa memiliki dan persaudaraan... selayaknya selalu ada dalam berbagai kondisi. Agar apa yang menjadi tujuan bersama bisa tercapai dengan lebih baik. Seperti eksisnya arema karena adanya dukungan aremania. Seperti semangat berjuang timnas, yang tergenjot dengan support dari masyarakat indonesia...
Salam satu jiwa, ker... yok, berusaha selalu jadi inspirasi ;)
Ada apa?
Pagi hari kemaren saya memang menyerahkan sebuah syal bertuliskan arema – Indonesia warna hitam, sebagai kenang2an dari kami terhadap beliau yang akan kembali bertugas di kantor pusat jepang. Syal itu saya beli dari seorang penjual atribut arema di luar stadion gajayana saat Arema melakoni laga melawan Persid Jember, 24 januari 2009.
ki-ka :ayas, leader warehouse, big boz, calon pengganti big boz, kepala prod.
Dalam perbincangannya, pertama kali yang beliau tanyakan adalah, begitu cintakah anda pada Indonesia? Lebih khususnya pada Arema?
Jujur saya kaget dengan pertanyaan itu. Lalu saya balik bertanya, tahukah anda tentang arema? Beliau tertawa, lantas menjelaskan beberapa kali pernah melongok layar monitor saya yang memajang wallpaper arema ataupun aremania yang seringnya saya download dari ongisnade.net :D
Sejak itu, beliau selalu mencari tau tentang arema, aremania dan tiba2 merasa jatuh hati dengan militansi nawak2 aremania. Beliau juga terkagum-kagum dengan mudahnya mencari berita tentang arema, karena ada begitu banyak sumber online yang bisa beliau lihat. Semuanya membuktikan bahwa militansi aremania memang tak bisa diragukan lagi.
Yang membuat beliau heran, dan sempat ditanyakan pada saya adalah, prestasi arema yang sebenarnya menurut beliau tidak begitu bagus, bahkan cenderung tidak stabil, dilihat dari hasil2 pertandingan di berbagai ajang sepakbola nasional. Tapi nyatanya, dukungan aremania tak berkurang sedikitpun. Larangan tanpa atribut pun tidak menyurutkan semangat mensupport tim mereka, bahkan menjadi jauh lebih kreatif dengan menggunakan bendera indonesia, memakai kostum perjuangan (beliau melihat review berita arema vs PSM, 18 agt 2008)
Lalu, beliau membandingkan dengan sepakbola negara asalnya, jepang. Bukan rahasia jika jepang kini menjadi salah satu kekuatan persepakbolaan asia. Banyak pemainnya yang hijrah ke tim2 eropa dan inggris dan berprestasi cemerlang. Menurut beliau, sudah sepantasnya jika beliau bisa mengagumi timnas jepang jauh melebihi saya dan kawan2 lain saat mendukung timnas indonesia yang prestasinya ada dibawah jepang. Lalu beliau bertanya, unsur apa yang membuat kawan2 arema, juga kawan2 indonesia yang laen tetap loyal mendukung timnya, jika prestasi bukan menjadi rujukan?
Jujur, saya sebenarnya merasa bukan sebagai orang yang tepat untuk menjelaskan hal ini. Namun saya mencoba untuk menjawab dari sisi pandang saya sendiri. Bahwa rasa saling memiliki dan persaudaraan lah yang melandasi militansi kami. Bukan hal mudah untuk menyatukan sekian ribu orang dengan berbagai kepentingan, dan bola, sudah terbukti sebagai jurus yang ampuh untuk melakukannya. Kami memiliki sebuah klub lokal – arema- yang memiliki sejarah panjang hingga bisa mencapai hasil yang seperti ini. Arema lahir dari jerih payah masyarakat sendiri, dibesarkan dan dirawat oleh kami sendiri. Jatuh bangunnya, menang kalahnya, susah senangnya, kami jelas akan tetap merasakannya. Sama juga dengan timnas mungkin. Dibalik sederet pandangan negatif terhadap manajemen serta prestasi2 yang harusnya bisa lebih tinggi, kami menyadari, inilah yang kami punya. Inilah yang bisa kami usahakan. Lewat ini nama indonesia bisa dikenal dan akan menambah modal yang lebih baik dalam bersaing dengan negara2 lain. Jadi, inilah yang saya dukung. Inilah yang saya percayai, bahkan beberapa nawak menyebut arema sebagai religi mereka. Tentu bukan dalam hal rohis, tapi arema menjadi landasan mereka dalam melakukan sesuatu. Mau bentrok, mereka ingat, saya adalah aremania yang cinta damai. Mau kebut2an, mereka juga ingat menjadi bagian dari aremania yang menghargai kepentingan orang lain, mematuhi peraturan lalu lintas. Bahkan ada kegiatan dari kepolisian yang menjadikan aremania sebagai contoh bagi pengendara yang lain dalam kegiatan responsible riding, yang start dilakukan 2 februari 2009 nanti, saat arema menjamu persik kediri.
Tentu saja, sederet contoh yang saya kemukakan tidak mutlak dilakukan seluruh aremania. Pasti masih ada beberapa yang ’bandel’. namun beliau kemudian menimpali, bahwa aremania adalah supporter dewasa. Yang tidak menghakimi teman2 sendiri yang berbuat kekacauan, tapi saling mengingatkan, dan merangkul mereka bersama2 lagi mendukung tim kesayangan. Saya mengiyakan hal tersebut.
Boz kemudian menjelaskan, hal itulah yang coba beliau pelajari untuk diterapkan dalam perusahaan kami. Memang, selama kurang lebih 8 bulan menjabat, ada banyak perubahan, terutama masalah kesejahteraan dan keamanan karyawan dalam bekerja. Bukan hal mudah tentu saja, karena sebagai orang yang baru dibidangnya, ada banyak hambatan yang datang, dari luar maupun dari internal sendiri. Saya menyadari perjuangan beliau. Tapi yang membuat saya kaget adalah, beliau mengatakan mengadaptasi hal2 tersebut dari semangat aremania, juga dari semangat orang2 indonesia mendukung timnya. Rasa memiliki dan persaudaraan yang erat itu yang beliau coba tanamkan pada kami. hmmm... akhirnya, saya bisa merasakan sendiri inspirasi dari aremania terhadap bidang2 lain. Beliau berkata perjuangan itu jelas belum selesai dan ga bisa melihat hasilnya dalam 8 bulan saja. Beliau juga berpesan, agar semangat aremania dan fans bola nasional bisa terus terjaga, sehingga bisa menginspirasi lebih banyak bidang kehidupan...
rasa memiliki dan persaudaraan... selayaknya selalu ada dalam berbagai kondisi. Agar apa yang menjadi tujuan bersama bisa tercapai dengan lebih baik. Seperti eksisnya arema karena adanya dukungan aremania. Seperti semangat berjuang timnas, yang tergenjot dengan support dari masyarakat indonesia...
Salam satu jiwa, ker... yok, berusaha selalu jadi inspirasi ;)
Comments
Post a Comment