mengapa harus malang?





kalau ditanya mengapa malang? ya tentu saja karena di kota ini ayas lahir. di kota ini ayas tumbuh, mengeyam pendidikan, dolen2, sempet idrek meski akhirnya harus terdampar di bumi persekabpas...
ga banyak yang ayas tau soal kota ini. tapi jujur yah, belajar soal kota malang, dan tau sedikit tentang sejarahnya itu sangat menyenangkan. ada tiga unsur yang sempet ayas review dari beberapa sumber, dan bahan2 ini sejatinya adalah "dagangan" pas malang punya gawe besar yaitu Festival Malang Kembali bulan mei kemaren. telat yak? gpp, kan katanya mending telat daripada ga masuk (pengalaman pas skul dulu neh..hiehie)
sek, unsur apaan? hmmm... unsur yang membangun kota malang dan peradabannya. unsur yang membedakan malang dengan kota2 bersejarah lainnya.

oce, unsur Pertama, adalah nilai kekompakan warga Malang. Nilai ini telah dimiliki warga sejak dulu kala. Contoh sejarah adalah pada masa sekitar tahun 1700an yang berdasar pada banyak sumber sejarah. Malang adalah kawasan yang paling sulit ditaklukkan Kerajaan demak sebagai penguasa pada masa itu. Ketika banyak daerah lain di wilayah Jawa Timur sekarang jatuh dalam penguasaan Demak, masyarakat Malang dengan semangat ‘mokongnya’ membebaskan diri dan menciptakan sistem pemerintahan sendiri.


Pada tahun 1947, dimana Belanda kembali menyerang Nusantara, kera2 Ngalam berusaha membumihanguskan seribu bangunan milik Belanda dan Tionghoa tanpa komando struktural yang jelas dalam waktu seminggu. Walaupun begitu, peristiwa ini banyak diakui sangat membantu perjuangan karena telah mencegah Belanda dan kaki tangannya beroperasi kembali dan menduduki wilayah Malang khususnya. Peristiwa ini juga menjadi contoh di wilayah2 bekas pendudukan Belanda lainnya, namun, hanya wilayah Malang yang sukses membumi hanguskan seluruh aset Imperialis tersebut.


Dua fakta sejarah diatas telah menunjukkan semangat kebersamaan dan kekompakan yang tinggi diantara warga Malang, yang terbukti juga telah menjadi penyukses perjuangan yang tidak berhasil diterapkan di wilayah lain walaupun dengan metode yang sama.


Disaat perjuangan itu jugalah tercipta bahasa walikan, bahasa khas arek Malang. Para pejuang berusaha menciptakan alat komunikasi lain yang hanya dapat dimengerti oleh kawan, sehingga mempermudah perjuangan. Disini juga dapat dijadikan bukti bahwa Masyarakat Malang memang kompak hingga mau bersusah payah menciptakan bahasa internal sendiri demi tujuan bersama. Bahasa ini tetap ada dan menjadi kebanggaan kera2 Ngalam karena menguasai bahasa yang ‘nyeleneh’ dan sukar untuk dipelajari. Sekedar info saja, walaupun namanya bahasa walikan yang artinya tiap huruf dari suku kata harus dibaca terbalik, tapi pada penerapannya gak seperti itu. Misalnya, orang Malang gak akan menyebut ‘rokok’ dengan ‘kokor’, tetapi ‘oker’. Dan akan menyebut uang dengan ‘ojir’. Karena gak ada struktur tata bahasa yang jelaslah bahasa ini sulit dipelajari. Tapi, sekali lagi, bahasa ini tetap ada karena kekompakan warga yang tetap melestarikan secara turun temurun pada generasi di bawah mereka, dan selalu menjadikan bahasa ini menjadi bahasa ibu di bumi asalnya sendiri.


Nilai filosofis kedua adalah keindahan dan kenyamanan wilayah yang jarang dimiliki daerah lain. Terdapat dua unsur yang mendukung dalam hal ini, yaitu anugrah alam. Letak geografis yang sangat strategis, pemandangan yang menawan, serta dikelilingi beberapa pegunungan yang menjadikan Malang memiliki hutan dan sumber air bersih yang mencukupi subsidi daerah sendiri bahkan daerah lain. Akibat anugrah alam ini juga, ditahun 1890 lalu saat pemerintah Belanda menerbitkan UU Agraria, banyak warga Belanda yang berbondong-bondong ke Malang untuk melakukan investasi hunian dan bukan memilih daerah lain. Unsur pendukung nilai keindahan dan kenyamanan lain adalah desain arsitektur Belanda yang masih banyak dijumpai di beberapa wilayah kota Malang utamanya kawasan konservasi Cagar Budaya. Dengan dikomandoi oleh Thomas Karsten, Belanda banyak melakukan perubahan mendasar pada tata ruang kota, sistem drainase, sistem transportasi berupa pembangunan beberapa boulevard (kawasan Ijen, Kertanegara, dsb), dan pertamanan yang semakin memperindah kota Malang.


Nilai filosofis ketiga adalah kepedulian. Diakui atau tidak, kebersamaan yang muncul berawal dari sebuah kepedulian antar sesama tanpa memandang status sosial, jenis atau golongan. Kondisi kepedulian itu yang menciptakan masyarakat Malang tetap kompak dan rukun, serta terus mempertahankan nilai2 histori sebagai bagian dari proses lahirnya kota mereka tercinta. Kepedulian terhadap modernitas yang mutlak diperlukan mereka tunjukan dengan mendukung setiap gerakan pemerintah kota di berbagai sektor kehidupan. Misalnya saja sektor pendidikan yang akhirnya menobatkan Malang sebagai kota pendidikan, sektor industri yang juga memiliki beberapa produk ciri khas Malang seperti kripik tempe di daerah Sanan, keramik di daerah Oyonid alias Dinoyo, serta anyaman rotan di daerah Balerjosari.
Sektor pariwisata dengan produk wisata pantai dan pegunungan yang terus dikembangkan dan menjadi sasaran obyek wisata para turis domestik maupun asing,
sektor agraris dengan hasil sayur dan buah berciri khas Malang seperti Apel Tumpang yang, juga sektor kesenian dengan tari Topeng khas Malangan.
Kepedulian lain ditunjukkan warga malang dengan membentuk klub sepakbola dengan tujuan mengembangkan persepakbolaan Malang khususnya dan tanah air pada umumnya, yaitu AREMA. Melalui yayasan Arema, mereka bersatu padu membangun arema menjadi klub yang memiliki nama di liga nasional, dan bersyukur pula akhirnya juga berkesempatan bertanding di ajang internasional walaupun belum menunjukkan hasil maksimal. Kepedulian juga mengantarkan pada sikap kebersamaan dan kekompakan melalui AREMANIA, barisan suporter yang dimiliki kota Malang, yang mampu mengukuhkan diri sebagai best supporter yang juga telah dikenal masyarakat pecinta olahraga dunia.


itulah beberapa unsur yang dimiliki oleh kota malang dan para warganya. meski banyak terjadi proses pengikisan budaya, namun malang masih tetap mempertahankan identitas2nya tersebut. melalui aremania, melalui poduk pangannya, melalui kerajinannya, melalui karya2 pendidikannya, melalui anda semua, profesional muda kota malang yang ga pernah henti untuk meneriakkan kebanggaannya sebagai aremania, not just as a supporter of Arema, but also as Malangese...
semoga kota yang terlahir dan dipertahankan dengan perjuangan yang begitu besarnya ga akan mati dan lupa akan sejarahnya sendiri... semoga umak, ayas, dan rulud2 yang laen selalu berjiwa Ongis Nade, yang ga kemana2 tapi ada dimana2. yang ga pernah lelah bersikap bangga pada kotanya sendiri....
yuk, Ker..lestarikan budaya dan ciri khas ngalam....


salam satu jiwa \(",)/

Comments

  1. Assalam dhe'...
    weleh2 byk tenan blog'e, knapa moving??
    yg pasti da q updated, always kangen ma postinganmu.
    lbh baik?? tentu dunk Aliya gtu...!!! heee...heee..
    Semangat y Jeng Al

    ReplyDelete
  2. hehe..thx, mbak..:D
    moving coz yang lama da troubel gituh. lagian da berantakan banged :D

    tahun baru, memulai blog baru...

    semangat juga, mbak..
    fotone najwa luthu....:)

    ReplyDelete
  3. wah tambah kuangeeeeeeeeeeen ayas ambek ngalam sak endahanee kuabehhh

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

this is how I disappear

Ndleming

tentang PANDA