39
Pagi yang kelabu seingatku. Saat aku random saja membaca postingan seseorang. Seseorang yang saya kagumi sebagai perempuan tangguh, pengusaha sukses yang ga cuma bakat berbisnis, tapi tulisannya juga menyenangkan untuk diikuti. Saya pernah sangat iri, pada kehidupan yang Gusti Allah anugerahkan padanya. Bagaimana bisa bisnis lancar, keluarga rukun, suami penyabar, anak-anak mandiri, karyawan loyal, dan segala kebaikan hidup yang diidam-idamkan orang tertumpah padanya. What a blessed life..
Tapi kita hidup pada jaman dimana hidup settingan merajalela, gimmick-gimmick artis atau orang yang sok artis mau tidak mau kita konsumsi tiap hari. Jadi sempat timbul pikiran bahwa bisa jadi ini settingan dia. Bisa jadi yang diceritakannya hanyalah kehaluan yang tak pernah dia jalani. Atau hidup memang sebercanda itu. Memberi 1000 kemalangan pada 1 orang, pun sebaliknya. Yang sedih akan terpuruk hingga tak sanggup bangkit. Yang senang terus tertawa hingga tak tahu caranya berhenti. Iri sekali saya pada hidupnya.
Hingga ditunjukkan hari yang kelabu itu pada saya. Saat saya mendengar kisah masa lalunya, perjuangannya bukan untuk membangun bisnis, tapi sekedar percaya untuk terus hidup karena nyawanya berharga. Perasaan terbuang yang diupayakan untuk diredamnya sendiri. Hidupnya seperti drama ternyata. Terlalu drama untuk bisa ada di dunia nyata. Dibuang orangtua hanya karena terlalu banyak anak perempuan di keluarga mereka. Dikucilkan karena etnis minoritas. Dan kisah-kisah lain yang bikin mikir, ini bukan script drama kan?
Jadi ketika dia ada di titik ini, memberi banyak harapan hidup untuk perempuan-perempuan lain yang menjadi karyawannya, saya sulit membayangkan proses hidupnya untuk bisa beribu kali memaafkan masa lalu dan menyemangati dirinya sendiri. Betapa melelahkannya perjuangannya untuk sekedar membuat kehadirannya diakui dan berharga. Dan itu berhasil. Kerja-kerja tahunan yang dirajutnya dengan sabar membuahkan hasil. Dan hasil itu membuat saya iri. Bodohnya saya 😌
Tetiba hati saya nyeletuk, jadi sekarang masih ada rasa irinya? Masih merasa hidup tak adil? Masih mau menjalani hidupnya?
Tidak. Rasa irinya berganti ucapan istigfar. Bahwa tiap orang sudah diberi porsi nasi yang sesuai dengan piring masing-masing. Bahwa hidup harus terus diperjuangkan, tetiba ada giveaway di dalam prosesnya, ya nikmati itu sebagai karunia dari Gusti Allah. Sebagai pengingat bahwa diantara sesaknya hari, masih ada Dia yang mengawasi kita bukan dari jauh, tetapi dekat sekali. Bahwa hidup boleh sambat, tetapi jangan lupa untuk terus bergerak maju, pelajari setiap hari yang kita lalui. Supaya langkah kedepan lebih tenang.
Saya mulai berupaya untuk memaafkan atas apa dan siapa saja yang pernah membuat cerita tidak baik di masa lalu. Dibanding marah dan menuntut balas atas apa-apa saja yang hilang di masa lalu, memaafkan dan belajar dari itu semua lebih berharga untuk dilakukan karena saya yakin, masa depan yang sedang saya jalani hari ini lebih layak untuk diperjuangkan. Bahwa Gusti Allah sudah memberi amanah sebaik Kidung dan Kinanthi, adalah alasan Dia percaya pada kami bahwa hidup seberharga itu. Jauh lebih berharga dibanding dendam untuk masa lalu. Pun rasanya bukan lega atau senang hati ketika ada seseorang yang pernah tidak baik, hidupnya sekarang harus berjuang melawan penyakit ataupun kesulitan hidup lain. Hal-hal itu mengajarkan kami, setahun belakangan ini, bahwa sombong, benci berlebihan, pamer harta atau kuasa, nyinyir, bullying dan hal buruk lainnya, hanya akan membuat sakit terutama mental, dan membuat proses sakaratul maut terasa sangat panjang dan menyakitkan. Tidak berguna sekali semua itu di akhir hidup kita. Memaafkan itu bukan untuk siapa-siapa, bukan demi siapa-siapa, tetapi lebih untuk diri kita sendiri. Agar lebih ringan menjalani hidup dan mensyukurinya.
Selalu ada cara bagiNya untuk mengingatkan kita hambaNya. Dan aku merasa bahagia, hanya dengan menyadari bahwa hidup kami masih diberi ujian, kebaikan, kesenangan, kesedihan, yang tandanya Gusti Allah masih sangat peduli dengan kami. Semoga, selalu, seterusnya.
17 mei 2024
Terimakasih untuk hidup yang Engkau takdirkan 😊
Comments
Post a Comment