"Lek"
kalo wali band punya lagu berjudul "Dik", maka ayas juga punya artikel berjudul "Lek". Silahkan dilanjut ocom... :~
Pernah tidak memperhatikan anak2 kecil di Malang yang sedang antre cilok atau bakso keliling. Kalau ga gitu saat beli mainan murah meriah di depan sekolah. Ternyata ada panggilan khusus buat para pedagang itu dari para pembeli kecilnya.
Apaan?
Mereka, para pedagang itu biasa dipanggil, ”LEK”
Huehehe... ayas sendiri sebenarnya jarang menggunakan sebutan ini soale dulu waktu kecil ga hobi njajan, dan emang ga boleh sama ebez. Gara2nya, waktu mbak jajan es, besoknya langsung sakit batuk. Ayas juga begitu. Apalagi kena minuman yang ditambahin seribu manis atau pemanis buatan...wew... bisa dijamin langsung sakit tenggorokan, perut, batuk2, atau demam.
Naahh.. begitu udah gede, sama ebez sih dibebasin mw jajan apa aja, apalagi udah bisa beli sendiri. Makanya ayas baru nyadar, en baru inget julukan khas sang pedagang itu... soale sekarang hobi njajan. Huehehe... :D
Lek, sebenarnya adalah kependekan dari istilah Bulek atau Paklek, bermakna saudara muda dari ibu atau ayah (Paklik – baPak ciLik, Bulik – Ibu ciLik). Istilah ini lazim dipakai oleh orang jawa dan keturunannya untuk memudahkan silsilah keluarga. Dalam adat jawa memang dikenal sebutan2 bagi sodara dan sanak keluarga, selain untuk mempermudah silsilah tadi, juga sebagai bentuk rasa penghormatan, dari yang muda ke yang tua (contoh : Pakde – saudara tua laki-laki ayah atau ibu, Eyang Kakung – Bapak dari ayah atau ibu, dsb) , serta bentuk perhatian dan kasih sayang, dari yang tua ke yang muda (contoh : nduk / genduk – panggilan sayang kepada saudara perempuan yang lebih muda, Le / Tole – panggilan sayang kepada saudara laki2 yang lebih muda).
Entah siapa yang memulai, panggilan Lek tersebut selalu saja disematkan pada para pedagang mainan maupun makanan. Dan pedagang2 tersebut pasti sudah sangat paham dengan sebutan itu. Tak hanya bagi pedagang, dalam pergaulan di suatu komunitaspun, panggilan ini kerap didedikasikan bagi anggota yang lebih senior. Atau, dilingkungan rumah ayas, ayas terbiasa memanggil para tetangga dengan sebutan itu untuk mereka yang terlihat berusia lebih muda dari ebez atau emez. Bagi saya sendiri, sebutan Lek buat mereka semua memberikan rasa kekeluargaan, rasa menghormati yang lebih tua, dan menambah persaudaraan. Selain itu, kalo ayas manggil Lek sama mereka2, ayas jadi dipanggil Nduk... ayas selalu suka dengan orang2 senior yang manggil ayas Nduk :D
Bedanya Pasuruan dengan Malang, disini ayas bisa jadi bahan tertawaan kalo ingin memanggil orang2 tertentu dengan sebutan Lek. Ga familiar sama sekali seperti di Malang. Kalo dibatam, ayas punya buanyak Lek2 jadi2an (hehehe) soale disana banyak yang senior2... (jadi kangen
)
Akhir2 ini saya menyukai anak2 kecil yang memanggil para pedagang itu dengan sebutan Lek, juga temen2 yang memanggil para seniornya dengan sebutan itu. Makanya, jadi kebawa deh. Beberapa orang selain para tetangga, sudah saya berikan tambahan ’gelar’ di depan namanya sendiri. Diantaranya, Lek Joyo pemilik lesehan ini, Lek Juned, QC ditempat idrek ayas yang akhirnya minta diganti Om saja kalo pas kerja. Huehehe...
Sapa lagi yoh?
Pengenne, kabeh tak celuk Lek ae yoh…
huahaha…
Pernah tidak memperhatikan anak2 kecil di Malang yang sedang antre cilok atau bakso keliling. Kalau ga gitu saat beli mainan murah meriah di depan sekolah. Ternyata ada panggilan khusus buat para pedagang itu dari para pembeli kecilnya.
Apaan?
Mereka, para pedagang itu biasa dipanggil, ”LEK”
Huehehe... ayas sendiri sebenarnya jarang menggunakan sebutan ini soale dulu waktu kecil ga hobi njajan, dan emang ga boleh sama ebez. Gara2nya, waktu mbak jajan es, besoknya langsung sakit batuk. Ayas juga begitu. Apalagi kena minuman yang ditambahin seribu manis atau pemanis buatan...wew... bisa dijamin langsung sakit tenggorokan, perut, batuk2, atau demam.
Naahh.. begitu udah gede, sama ebez sih dibebasin mw jajan apa aja, apalagi udah bisa beli sendiri. Makanya ayas baru nyadar, en baru inget julukan khas sang pedagang itu... soale sekarang hobi njajan. Huehehe... :D
Lek, sebenarnya adalah kependekan dari istilah Bulek atau Paklek, bermakna saudara muda dari ibu atau ayah (Paklik – baPak ciLik, Bulik – Ibu ciLik). Istilah ini lazim dipakai oleh orang jawa dan keturunannya untuk memudahkan silsilah keluarga. Dalam adat jawa memang dikenal sebutan2 bagi sodara dan sanak keluarga, selain untuk mempermudah silsilah tadi, juga sebagai bentuk rasa penghormatan, dari yang muda ke yang tua (contoh : Pakde – saudara tua laki-laki ayah atau ibu, Eyang Kakung – Bapak dari ayah atau ibu, dsb) , serta bentuk perhatian dan kasih sayang, dari yang tua ke yang muda (contoh : nduk / genduk – panggilan sayang kepada saudara perempuan yang lebih muda, Le / Tole – panggilan sayang kepada saudara laki2 yang lebih muda).
Entah siapa yang memulai, panggilan Lek tersebut selalu saja disematkan pada para pedagang mainan maupun makanan. Dan pedagang2 tersebut pasti sudah sangat paham dengan sebutan itu. Tak hanya bagi pedagang, dalam pergaulan di suatu komunitaspun, panggilan ini kerap didedikasikan bagi anggota yang lebih senior. Atau, dilingkungan rumah ayas, ayas terbiasa memanggil para tetangga dengan sebutan itu untuk mereka yang terlihat berusia lebih muda dari ebez atau emez. Bagi saya sendiri, sebutan Lek buat mereka semua memberikan rasa kekeluargaan, rasa menghormati yang lebih tua, dan menambah persaudaraan. Selain itu, kalo ayas manggil Lek sama mereka2, ayas jadi dipanggil Nduk... ayas selalu suka dengan orang2 senior yang manggil ayas Nduk :D
Bedanya Pasuruan dengan Malang, disini ayas bisa jadi bahan tertawaan kalo ingin memanggil orang2 tertentu dengan sebutan Lek. Ga familiar sama sekali seperti di Malang. Kalo dibatam, ayas punya buanyak Lek2 jadi2an (hehehe) soale disana banyak yang senior2... (jadi kangen

Akhir2 ini saya menyukai anak2 kecil yang memanggil para pedagang itu dengan sebutan Lek, juga temen2 yang memanggil para seniornya dengan sebutan itu. Makanya, jadi kebawa deh. Beberapa orang selain para tetangga, sudah saya berikan tambahan ’gelar’ di depan namanya sendiri. Diantaranya, Lek Joyo pemilik lesehan ini, Lek Juned, QC ditempat idrek ayas yang akhirnya minta diganti Om saja kalo pas kerja. Huehehe...
Sapa lagi yoh?
Pengenne, kabeh tak celuk Lek ae yoh…

Comments
Post a Comment