hujan

ada baiknya kamu menoleh sejenak. Ke jendela. Tempat kita melihat sesuatu tanpa perlu menyentuh atau direntet pertanyaan orang luar. Tempat terbaik untukku dan untukmu. Yang selalu hanya perlu diam sejenak untuk memahami sesuatu.

Namun entah apa. Akhir-akhir ini kamu lupa akan kesenangan kita. Lihatlah. Hujan di luar sekarang. Bergegaslah menuju jendelamu. Sedari tadi aku sudah duduk baik-baik menatap jendelaku.

Lihat… hujan turun. Dan orang-orang masih saja sibuk untuk bergerak. Sebagian menepi. Sebagian berlari kecil menutupi kepala. Sebagian ngebut dengan motor-motor bisingnya. Ada pula yang tenang-tenang saja dibawah guyuran hujan.

Mana yang kamu pilih?

Kamu tak perlu memilih apa-apa. Berjalan saja. Karena bukankah payung kecil ini cukup untuk kita pakai berdua. Pun aku sudah menyulam jas hujan terbaik untukmu. Tak perlu takut. Tak perlu bimbang. Hujan hanya sebagian dari karunia Yang Kuasa, bukan sesuatu yang pantas untuk diserapah.

“Just don’t ever leave me again” katamu


“Apakah aku benar-benar meninggalkanmu? Meski sempat terucap perpisahan, hatiku selalu ada untukmu.” Jawabku


“Just stay with me here. Forever.”


“Kenapa?”


“Karena jendelaku tak pernah benar-benar berfungsi dengan baik ketika kamu tak ada. Kamu membuat hujan menjadi sesuatu yang manis. Bukan sesuatu yang perlu ditangisi lagi.”


“Aku tak pernah kemana-mana. Selalu disini. Bukankah itu juga yang kau janjikan padaku waktu itu. Selalu ada. Jadi untuk menemanimu lagi saat hujan seperti ini, aku akan sangat senang. Karena aku tahu. Hujan ini bukan sesuatu yang akan membuat kita terjatuh sakit. Bukan pula hal yang akan menjauhkan kita lagi. Hujan ini menyatukan kita. Meski kita melihatnya dari jendela yang berbeda.”


Tanpa perlu berkata. Tanpa perlu meminta. Seharusnya kamu tahu aku akan selalu disini. Hujan, panas, dingin, mendung. Segala akan kita lalui. Tentang keluhan kecil itu, jangan terlalu dipikirkan. Wanita biasa seperti itu. Kadang mengeluh, kadang bersabar melebihi kesabaranmu. Sudahlah. Kita nikmati saja hujan ini. Tanpa payung pun aku akan tetap melangkah. Terpeleset di jalan yang melicinpun tak mengapa. Sama saja. Bajuku akan tetap basah. Bukankah kita berdua punya rumah. Punya jendela. Yang biasa kita nikmati diam-diam berdua. Sementara sekarang ini, ayo melangkah meski hujan memang terlalu deras untuk kita.

Comments

Popular posts from this blog

this is how I disappear

gerhana matahari

Ndleming