kepada Nduk



"Manut" dan "Rukun"
Betapa dua kata ini yang kami tekankan pada Kidung dan Kinanthi. Dua bidadari mungil yang sekarang sedang terlelap dengan pulasnya.

Bagi saya, manut adalah sebuah kemutlakan. Pada Orang Tua, pada yang lebih berilmu, dan tentu saja pada Tuhan.
Rukun, pada saudara, pada keluarga, teman, lingkungan, alam juga sebuah keharusan dalam hidup mereka.

Dua hal ini yang bagi saya menjadi landasan penting bagi perkembangan jiwa dan mental yang baik, setidaknya menurut pengalaman parenting saya yang masih seupil secuil..

Pengalaman sebagai anak, mengajarkan saya untuk menjunjung tinggi 'manut' dan 'rukun' itu. Apa guna ilmu tinggi hingga sundul langit jika hanya membuat manusia menjadi kelewat batas. Sombong menggunung dan ketaatannya bergeser hingga minus. Sudah sifat manusia untuk pongah kala merasa bisa dan melebihi orang lain bahkan orang tuanya sendiri.

Pun tanpa rukun, apa yang bisa diharap dari bergelimangnya harta jika kehidupan terasa mengancam tiap kali kaki melangkah. Terlalu banyak musuh bahkan dari saudara sendiri. Terlalu banyak curiga meruapi hati. Sudah sifat manusia untuk menggenggam erat apa-apa yang dirasa adalah hasil kerja kerasnya..

Maka lagi-lagi pada bidadari kecil kami itu selalu terlantun doa agar manut dan rukun. Karena itu yang menjadi tanggung jawab kami sebagai orangtua. Dasar itu yang bisa sedikitnya kami bagi dengan mereka. Ilmu, rejeki, jodoh, kebahagiaan dunia dan akhirat adalah mutlak kuasa Gusti Allah sebagai Sang Pengatur Hidup. Jika dari dasar manut maka ditambahkan ilmu bagi Kidung Kinanthi, itu mutlak karena kasihNya. Jika dari dasar rukun dan silaturahmi yang terjaga Kidung Kinanthi dilancarkan rejeki dari segala arah, itu mutlak karena sayangNya. Tak ada yang bisa kami wariskan pada mereka kecuali dua hal itu, sebagai orangtua. Let's do the best, and let's God do the rest :)

Suatu hari kalian akan memahami maksud Bapak dan Ibu, Nduk

inspired by : Pesanku by Musikimiahttps://sonichits.com/search/musikimia

Popular posts from this blog

this is how I disappear

gerhana matahari

Ndleming