sebuah nama, sebuah cerita

 "Do you ever feel like you have forgotten her, not because you wanted too, but because you got distracted by other things, but then you remembered her? I remember her, but I have forgotten a lot."

Sebuah pertanyaan yang saya baca saat iseng blogwalking kemarin. Pertanyaan seorang bocah 9 tahun yang kehilangan kakak perempuannya. Dia bertanya pada ibunya tentang kenangan yang makin menipis, tentang suara yang makin menghablur, tentang rindu yang entah pada bentuknya yang seperti apa. Sebuah kenangan manis tentang kebersamaan, kebahagiaan yang mendiang bawa dalam hidup. Lalu tetiba semuanya menguap seiring waktu..


Saya juga ibu yang kehilangan putri cantik justru saat dia dilahirkan. Tak ada ingatan fotografis, apalagi suara. Tak ada kenangan apapun yang tertinggal kecuali beberapa tulisan tentang kehamilannya yang tersebar disana-sini. Diary, FB, dan pernah saya tulis disini juga. Baca disini



Hanya sebuah nama yang menandai kelahirannya, Kalinda Kanaputri. Kalinda dalam bahasa sansekerta mempunyai arti "matahari". Kana adalah bahasa malangan yang artinya "anak", dan putri adalah "perempuan". Iya, Kalinda memang matahari, kelahirannya dimulai subuh, dan baru keluar dengan normal pas adzan magrib, untuk kemudian pergi lagi ke surga. Persis seperti siklus matahari.

Kalinda akhirnya menjadi 'identitas' baru saya. Semata karena saya sadar, justru saya tak punya apa-apa untuk membantu mengingatnya. Memori saya begitu pendeknya. Sekeras apapun mencoba menghirup lagi baunya diantara adik-adiknya, aroma itu tak pernah datang lagi. Kalaupun rindu begitu mengganggu, satu-satunya jalan yang bisa saya tempuh untuk mengenangnya hanya lewat batu nisannya... Begitu kecil, tersempil di pinggir ratusan makam besar. Terpojok di antara leluhurnya, kakek nenek buyutnya. Begitu sepi. Maafkan, karena kerapkali ibu memilih menghindari menuju makammu, hanya karena perasaan sentimentil yang tak mampu ibu atasi dengan baik. Pada doa-doa yang terlantun, ibu justru merasa rapuh. Betapa hidup tak akan mampu kita lawan sekuat apapun firasat datang, yang terjadi, akan terjadi.


Mungkin hikmahnya, justru dari kehadirannya yang tak pernah terjadi itu membawa banyak pelajaran bagi kami, sebuah keluarga kecil nomaden yang masih labil. Betapa satu nama Kalinda membawa begitu banyak cerita hingga hari ini. Kadang kala hadir perasaan muram, jika itu diasosiasikan dengan sepi, sendiri, tangis, sesak yang ibu rasakan. Kadang dia hadir dalam bentuk keceriaan, semangat hidup bahwa kami pernah kehilangan begitu besar, tetapi tetap mampu meneruskan 'perjalanan'


'Perjalanan' ini belum usai. Dan ingatan tentangmu masih membekas meski entah sekarang berbentuk apa. Satu hal lagi yang mutlak dan pasti. Bahwa waktu, satu-satunya yang bisa membawa kenangan pahit atau manis, menjadi sesuatu yang lebih berharga jika kita mampu menjadikan kenangan menjadi 'batu loncatan'


Terimakasih, Kalinda. Terimakasih, Ya Rahman, Engkau hadirkan skenario paling luarbiasa untuk ibu yang rapuh ini. Semoga kami mampu menyibak hikmah dari tiap perkara yang terjadi. Aamiin... :)

Comments

Popular posts from this blog

this is how I disappear

gerhana matahari

Ndleming