M-e-m-b-a-c-a

"Mbak, gimana caranya supaya anak-anak bisa segera lancar membaca?"
"Mbak, anakmu kok wes iso moco, anakku durung. Tambah saiki pelajaran online maleh kudu ngajari moco dewe"
Dst... Dst...
Ada banyak pertanyaan seputar kemampuan membaca si kidkin. Dari jaman mereka TK kecil dulu malahan. Karena seingat saya kidkin memang sudah bisa mengenali huruf, membaca kata dan kalimat dari umur 3 tahunan, tentu belum bisa memahami makna kata dan kalimatnya.

Kalau bicara metode, saya jelas bukan orang yang tepat untuk menjelaskan metode apa yang efektif untuk anak-anak lancar membaca. Pada kasus kidkin, saya rasa ini hanya soal kebiasaan yang sudah kami mulai dari mereka bayi.
Dan, iya, kami berdua, orangtuanya, memang suka membaca apa saja. Dari buku sejarah, novel, komik, koran, majalah, hingga baca status orang wkwkwk...
Tanpa sadar perilaku membaca saat menjelang tidur, atau disela-sela istirahat usai mengerjakan pekerjaan rumah ternyata dicopy paste oleh mereka. Terlebih dirumah memang sudah tersedia beberapa buku anak yang saya beli jauh sebelum menikah 😁
Setelah menikah, sebenarnya juga kami tidak memaksakan untuk membeli buku khusus anak-anak. Seadanya uang saja, kadang malah belinya di toko buku bekas, bukan benar-benar buku khusus anak yang memang harganya fantastis itu. Karena kami penyuka bobo, donal bebek, doraemon, jelas yang kami beli ya majalah itu. Ketika punya uang lebih, atau saat ada book fair, baru kami cari buku anak-anak, pokok cari diskonan wkwkwk... Emak-emak ngirit 😁
Jadi, dari bayi, mainannya kidkin memang lebih banyak berupa buku, spidol, kertas, alat lukis, dan cat sablon karena pengaruh kerjaan bapaknya dulu 😁
Karena itu juga kami bisa cepat tahu bahwa Kidung kidal, kecenderungannya menggunakan tangan kiri dalam tiap aktifitas. Jadi bisa segera diarahkan untuk belajar menggunakan tangan kanannya hanya untuk makan dan salaman. Kalau hal lainnya, kami tak pernah memaksa, hanya sounding untuk senyamannya Kidung saja.

Jadi soal metode apa, agak susah menjelaskan. Tetapi yang saya ingat, kidkin belajar membaca tanpa mengeja. Mereka mengenali huruf dan susunan kata dari asal bunyi huruf di mulut. Mungkin persis semacam membaca huruf hijaiyah. Mereka malah baru tahu mengeja dari sekolah TKnya, jauh sesudah mereka bisa membaca. Dari sini kita bisa tahu, mengeja bukan satu-satunya metode belajar membaca.
Meskipun begitu, saya sangat tidak paham tentang metode atau teori parenting. Yang kami lakukan hanya trial dan error setiap saat, tiap waktu. Mencoba macam-macam, lalu menemukan mana yang paling tepat untuk KidKin. Kalau dibilang sukses membuat mereka bisa membaca dan menulis sejak dini, bagi kami itu bukan standart sukses sebagai orang tua sih. Dan itu jelas bukan penanda kepintaran. Itu hanya meluaskan kesempatan kidkin untuk tahu dan belajar lebih banyak hal. Dan dasarnya KidKin kan kepoan 😁 Sangat ingin tahu banyak hal dan mudah bosan untuk hal yang diulang-ulang. Jadi harus selalu menemukan 'keasyikan' baru.

Kesimpulannya apa? Bisa jadi, kebiasaan kami, orangtuanya yang akhirnya jadi perilaku harian mereka sangat membantu dalam belajar. Kebiasaan untuk menyediakan buku bacaan atau majalah, kebiasaan membacakan sebelum mereka tidur, atau saat mereka minta , kebiasaan untuk memberi tahu nama setiap benda yang mereka pegang, huruf apa dan kalau dirangkai jadi keluar bunyi kata atau kalimat apa, kebiasaan untuk menyanyi, bermain acak kata, a-b-c lima dasar, dan tentu tontonan yang menarik untuk mereka. Menceritakan ulang film yang kami lihat bersama, buku yang kami baca bersama dan belajar menulis kegiatan yang sudah dilakukan seharian, semacam diary. Semua itu yang kidkin lakukan sejak mereka bayi, secara bertahap. 



"Saya sudah beli buku, malah anaknya cuek kok, mbak."

Satu hal yang harus disadari. Membangun kebiasaan tentu butuh proses. Bukan instan dalam semalam. Atau anak akan langsung mengiyakan saat kita mengajak. Perlu waktu dan konsistensi dari kita untuk membuat mereka bisa mengerti tujuan kita. Diawal juga kidkin sama sekali ga tertarik buku. Mereka baca buku hanya saat gabut πŸ˜‚ bingung mau mainan apa.
Belakangan, saat mereka pegang gadget, malah lebih sulit lagi untuk mengajak mereka baca buku.
Jadi salah pegang gadget? Iya, selalu ada pro kontra untuk itu kan☺️
Kami pilih jalur tengah saja. Karena generasi hari ini, tidak mungkin juga sepenuhnya lepas dari gadget. Kebutuhan mereka juga untuk masa depannya. Yang kami lakukan hanya mendampingi. Sebisa mungkin tahu apa yang mereka 'konsumsi', dan menjelaskan sesimpel mungkin apa efek atau dampak bagi mereka saat melihat tayangan yang kurang tepat untuk anak. Memberi contoh bahwa gadget bisa dimanfaatkan untuk banyak hal. Menulis blog seperti ini misalnya, yang juga saya pakai sebagai 'terapi' dan 'me time'.
Terlihat surga sekali ya, padahal aslinya ga mungkin seindah dan setentram itu. Singkatnya, saya jadi cerewet, bawel dan rewel saat jadi ibu, ngomel hampir tiap hari πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

Tuh, kan kerjaan ibuk marah mulu :D


Tapi ya balik lagi. Asal kita konsisten dan punya aturan yang baik, anak-anak pasti bisa lebih maksimal potensinya.
Seperti yang Mas Sabrang bilang dalam maiyahan. Orang akan tumbuh dalam potensi terbaiknya saat mereka gembira. Begitupun anak-anak. Begitupun ibu, bapaknya. Gembira menerima kurang dan lebihnya anak. Semua anak akan punya waktu masing-masing untuk menemukan potensi terbaiknya. Kita jauhkan standart yang mengganggu itu. Membandingkan dengan anak yang lain. Karena beda pola asuh, beda lingkungan, akan memberi hasil yang berbeda pula, kan? ☺️
Cukupkan waktu untuk mendampingi. Quality time bareng anak. Meskipun singkat, disela sibuknya orangtua, dari sana kita akan bisa menemukan kurang lebihnya anak-anak. Bahkan berkomunikasi dengan mereka, tentang banyak hal.

Semangat selalu, karena anak yang kita "keluhkan" ini kelak yang akan kita andalkan. Kelak yang membuat masa tua kita dalam damai atau sebaliknya. Keep fighting! πŸ˜€


-a way to remember- #beingmom


Comments

Popular posts from this blog

this is how I disappear

gerhana matahari

Ndleming