April 2022


Lebaran di depan mata. Lagi-lagi kami dihadapkan pada hal-hal baru. Bukan lagi pandemi, karena insya Allah lebaran ini kita sudah bisa kumpul-kumpul lagi seperti tahun sebelum pandemi. Tapi pelajaran baru datang pada kami, di awal ramadhan ini. Yang kalau mau ditarik ke belakang, membuat kami jadi semakin kagum dengan cara Gusti Allah mengatur hidup kami. Entah perasaan apa ini, Ya Gusti... 🙂


Sebelum ini terjadi saya selalu berpikir sudah jadi orangtua, sudah cukup dewasa untuk bicarakan banyak hal serius dalam hidup. Sudah yakin bisa dimintai pendapat atau urun rembug untuk hal-hal yang terjadi di keluarga besar atau masalah teman. Tetiba hari itu datang. 

Awal ramadhan ibu mertua berpulang setelah 5 bulan sakit. Rasanya masih tidak karuan, masih tidak percaya, bahwa kejadian ini ternyata berimbas besar dalam mengubah banyak hal di pikiran dan hidup kami.

Ketika diharuskan menghadapi pelayat lalu mereka bertanya, 'Setelah ini bagaimana?' rasanya menciut hati saya dan merasa masih seperti anak kecil yang tidak tahu harus bagaimana. Runtuhlah semua kebanggaan sudah jadi orangtua dari 2 anak, sudah berumah tangga 10 tahun, sudah pernah kehilangan banyak hal, sudah sering sharing dan pendapatnya lumayan didengar. Moment dimana semua hal itu ga berarti. Moment saat anak kecil ini kehilangan ibu dan mau ga mau mengurus banyak hal yang dulu kepikiran pun tidak. Moment pingin nangis tapi ga mungkin, moment pingin menyendiri tapi ga mungkin, moment ingin menghindar karena ketakutan pada kematian tapi harus memandikan ibu dan mengkafani, moment kita yang sedih tapi harus disabar-sabarkan dan dikuat-kuatkan sendiri karena bertemu dengan pelayat yang tentu punya memori masing-masing dengan almarhumah. 

Kalau diingat-ingat, lalu bicara dengan suami, rasanya kaya mustahil tapi ternyata bisa juga kami lalui itu. Kami, yang anak kecil ini, bisa sehat hingga hari ini, mengurus ini itu dengan lancar, dan masih diselingi dengan tetap harus bekerja dan bertahan menghadapi respon orang yang berbeda-beda. Antara disalahkan, dihakimi, dikasihani, 'dikapokno', dimengerti, dibantu, didengarkan, dll

Terimakasih, buat semua yang sudah memahami kami yang anak-anak kecil ini, yang tidak tahu apa-apa, yang dulunya ga belajar banyak hal, tapi tetap mendukung kami untuk 'menghadiahi' almarhumah dengan pengajian dan sedekah selama 1-7hari dan insya Allah di 40hari nya nanti.

Percayalah, setiap orang yang kehilangan orangtua, ataupun mertua, atau siapapun yang sudah merawat kita sedari kecil, ga pernah mudah menjalani hari-hari selanjutnya meskipun terlihat baik-baik saja. Dari kepergian ibu saya belajar, jaga omongan saat melayat, atau saat menjenguk orang sakit itu penting. Itu attitude yang utama karena kita tak pernah tahu isi hati orang yang sakit ataupun orang-orang terdekat yang sudah berjuang selama ini. Peluk saja, atau salami saja, atau kalo bisa stand up komedi ya udah ngelucu aja kalau memang hubungan kita dekat dengan keluarga almarhumah. Seenggaknya itu bikin keluarga refresh sejenak ☺️

Kalau ga bisa? Yaudah diam dan dengarkan. Tanya seperlunya. Ga perlu mengorek2 kesalahan masa lalu, atau mengoreksi tindakan keluarga. "Harusnya begini...harusnya begitu..."

Dua kali saya kehilangan, dulu Kalinda, masih ada juga orang yang pinternya luar biasa begitu. Komentarnya sama meskipun beda orang ☺️🙃

Tapi itulah ya, mana bisa kita mengontrol orang lain. Yang bisa kita kontrol ya tindakan kita sendiri. Melakukan yang bisa dilakukan semaksimal mungkin. Kalau lelah ya berhenti sejenak. Semoga termaafkan semua proses dari ibu sakit hingga pemakaman yang mungkin terlewat oleh kami. Bersyukur bahwa ibu pergi di bulan yang baik, dilancarkan segala prosesnya, kami, yang anak-anak kecil ini banyak dibimbing orang-orang baik. Masih diberi sedikit kesempatan ngerumat orangtua di masa tuanya. Juga bertemu kebaikan Gusti Allah tiap saat. Terimakasih. Titip Kalinda, Buk. Semoga kami selalu rukun. Semoga Abah sehat selalu. Dan semoga-semoga lain dalam hati yang mudah-mudahan terwujud dan jadi berkah untuk semua keluarga besar.


Sehat selalu teman-teman. Selamat lebaran dengan semangat baru. Jangan cuma foto dengan orangtua, ajak ngobrol juga yak. Jangan dimarahi atau jadi sebel kalo mereka rewel atau balik kaya anak kecil lagi. Sudah hukum alamnya begitu ternyata 😁 Kita jadi CCTV aja, pantau dan kawal, bersyukurlah kalau masih diberi kesempatan merawat ortu di masa tuanya. Gusti Allah mberkahi ☺️🤗


Lagi-lagi hanya nulis ngasal, tidak bermaksud apapun. Hanya cara supaya kembali fokus pada hal-hal besar di depan mata yang harus dikerjakan dan ga bisa ditinggal lama-lama. Juga pengingat kalo di masa depan mulai lelah atau lupa. Bahwa ternyata kita ini kecil, apa yang mau disombongkan. Kita perlu orang lain untuk saling mendukung. Kita perlu terus belajar untuk memanusiakan manusia ternyata 😊

#ntms #reminder #piweling 

-26 Ramadhan 1443H-


Comments

Popular posts from this blog

this is how I disappear

gerhana matahari

Ndleming